Minggu, 02 Juni 2013

Keraton Pringgodani



Dongeng atau cerita yang hidup di plawangan  khususnya dan di kabupaten pemalang umumnya, tentang keraton pringgodani. Cerita ini didapat dari bapak karmin , 80 thn. Juru kunci candi plawangan.
Pada zaman dulu di plawangan ada kerajaan namanya pringgodani, yang di perintah oleh keluarga hari. Rja ini berwujud raksasa, dan mempunyai kebiasaan makan daging orang.
Raja pertama bernama prabu harimboko atau lebih dikenal tremboko.
Pada suatu hari, sang raje meminta giliran kepada salah satu penduduk yang menerima giliran untuk mengantar manusia. Karena susahnya, keluarga itu siang malam tidak dapat memutuskan siapa yang harus diserahkan, dirinya, istrinya atau anak tunggalnya. Malam selum gilirannya, di rumahnya menginap seorang pemuda yang mengaku bernama brotoseno yang karena mendengar kesusahan keluarga itu dan karena merasa sudah berhutang budi karena sudah bisa menginap, ia bersedia untuk menjadi pengganti keluarga itu.
Paginya brotoseno diantar ke hadapan sang raja yang kebetulan menghadap pula putrinya yang bernama dewi harimbi.
Putri itu tertarik kepada pemuda yang akan menjadi korban ayahnya itu dan memohon kepada ayahnya agar agr untuk kali ini pemuda itu jangan dijadiakan korban. Sayang sang prabu sudah sangat lapar, maka segala permohonan putrinya itu tidak dikabulkan.
Brotoseno segera akan dimakan, tetapi sang prabu terkejut, sebab kulit pemuda ini sangat keras seperti baja dan giginya tidak mampu melukai kulit brotoseno.
Akhirnya kemarahannya yang tak terkendalikan, terjadilah perkelahian antara prabu tremboko dengan brotoseno yang berakhir gugurnya prabu tremboko.
Sepeninggalan prabu tremboko, pringgodani di pimpin anak sulungnya yang bernama prabu harimbo.
Pada suatu hari, dewi harimbi sebagai adiknya harimbo, meminta izin untuk kawin dengan brotoseno, tetapi kakaknya menolak mentah-mentah dengan alasan bahwa brotoseno telah membunuh ayahandanya, jadi dia adalah musuh, bahkan dewi harimbi diusir.
Lalu prabu harimbo marah dan menantang berkelahi dengan brotoseno dan terjadilah perkelahian dengan seru. Dalam perkelahian itu prabu harimbo kalah dan mayatnya dilempar ke sungai. Karena rambutnya panjang menurut kepercayaan penduduk rambut itu sering terlihat di sunai itu dan sejak itu sungai terlihatnya rambut prabu harimbo disebut sungai rambut.
Sepeninggalan saudaranya, dewi harimbi yang menggantikan sebagai ratu, mempunyai keraton dua, yakni di barat sebagai keraton lama terletak di plawangan dan di timur di pinggir sungai comal.
Dari cerita diatas, penyusun dapat mengambil intisarinya. Lepas dari benar tidaknya dongeng rakyat plawangan, perlu dicatat bahwa:
1. Di plawangan ada kerajaan yang menurut dongeng rakyat setempat namanya kerajaan “pringgodani”. Sementara sumber cina menyebutkan kerajaan “holing” yang oleh sejarawan indonesia sering dinamakan dengan nama kalingga. Jadi, “pringgodani” identik dengan kalingga.
2.  Keluarga raja yang memerintah adalah keluarga ari(arimba). Sementar raja putri arimbi kalau dibandingkan sumber cina dan barat, mungkin sama dengan dewi sima yang menikah dengan keluarga kerjaan mataram yang pertama yaitu sanaka(samaha) yang oleh penduduk diartikan sena,yang oleh dongeng disamakan dengan brotoseno, yang sudah beragama hindu.
3.  Rajanya berwujud manusia raksasa, mungkin agamanya belum hindu (pemujaan nenek moyang). Dari catatan ini jelas bahwa kerajaan kalingga(pringgodani), namun versi rakyat sesuai kerajaan tarumanegara dan seraman awal mataram pertama (era raja sanaka ayah raja sanjaya). Tegasnya di plawangan patut diduga letak kerajaan hling atau kalingga yang oleh penduduk dinamakan kerajaan pringgodani.
Lepas dari benar tidaknya dongeng rakyat plawangan, ada suatu bukti yang tidak bisa disangkal, bahwa di derah plawangan telah ditemukan bukti-bukti arkeologi sebagai fakta historis, yang seakan-akan membenarkan dongeng rakyat plawangan.
Keraton sirawung atau si geseng
      Dongeng rakyat yang mengenai daerah ini banyak ragamnya yang pada hakekatnya dongeng-dongeng itu menganggap bahwa di hutan sirawung atau si geseng pada zaman dahulu adalah sebuah kerajaan.
Adapun inti-inti cerita itu sebagai berikut:
1.  Orang-orang plawangan mengatakan bahwa daerah sirawung dulu merupakan bagian dari pringgodani dan pernah menjadi tempat pelarian dewi harimbi yang diusir oleh kakaknya yang tidak setuju dia kawin dengan brotoseno.
2.    Menurut juru kunci candi si geseng, daerah itu disebut jamban dalem. Disebut sirawung karena rakyat keraton itu, yang berupa lelembut atau makhluk halus yang dapat bergaul(srawung) dengan manusia biasa. Bernama si geseng artinya si gelap, si hitam, sebab tempat itu tempat yang gelap bagi manusia biasa.
3.  Menurut oarng pemalang, kanjeng swargi atau kanjeng raden arya adipati reksoprojo yang wafat tahun 1825, yang tidak mau tunduk kepada VOC untuk menangkap pangeran diponegoro pernah menghilang atau mengungsi ke keraton sirawung. Demikian juga kanjeng raden tumenggung ronggo soero adi negoro yang wafat tahun 1862, pernah bertandang ke keraton sirawung.
      Pangeran Benawa juga masih hidup dan berkedaton di sirawung.
4. Bapak williem otto machenzie,dengan bersumpah mengatakan, bahwa beliau waktu rumahnya masih di gembol manis, yakni di hutan sirawung, tiap malam rombongan pemukul gamelan lewat di depan rumahnya dan anjing-anjing beliau tidak berani menyalak dan hanya duduk. Jadi ada suara tapi tidak ada rupa.
5.  Cerita para nahkoda kapal asing yang kapalnya kandas di pantai hutan sirawung, menerangkan bahwa pada umumnya mereka melihat sebuah pelabuhan. Juru kunci yang sudah berusia lebih dari 100 tahun pernah menyaksikan empat kali kapal kandas.
Bapak willem otto machenzie juga membenarkan bahwa kapal-kapal yang kandas, katanya sebab diwaktu malam melihat pelabuhan.
Kapal kandas yang terakhir adalah di tahun 1956, yakni kapal inggris yang memuat gambir dan tekstil.
Lepas dari benar tidaknya beberapa cerita rakyat di daerah pemalang tentang hal-hal yang ajaib di hutan sirawung, pada pokoknya ada persamaan motif, yakni bahwa di sirawung zaman dahulu ada sebuah kerajaan.
Kesimpulan:
a.   Di sirawung ada sebuah tempat yang disebut jamban dalem, nama kerajaan setempat tidak tahu.
b. Adanya pertemuan dan peninggalan historis yang ditemukan di daerah itu, mendekatlan “kebenaran” dongeng rakyat setempat dengan fakta historis.
Tempat gelap ini tetap gelap, nama si geseng cukup membuat rakyat setempat tidak berani sembarang menyebut, hingga tempat itu gelap.

1 komentar: